Kementerian: AI Sebagai Bantuan, Bukan Pengganti Guru

7 hari ago
adminarif
5

servergps.CO.ID, JAKARTA — Teknologi kecerdasan buatan atauartificialintelligence(AI) bisa berfungsi sebagai alat untuk mendukung proses pendidikan. Salah satu manfaatnya adalah mempermudah pekerjaan para guru.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Yudhistira Nugraha, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI. Dia menambahkan bahwa AI seharusnya dipandang sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti peran guru.

“Dalam ranah pendidikan, AI tidak dirancang untuk mengambil alih peran guru, melainkan sebagai alat bantu bagi guru,” kata Yudhistira Nugraha dalam sebuah diskusi di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

Agar dapat memanfaatkan AI dalam pengajaran, Yudhistira menekankan bahwa para guru perlu menguasai minimal empat langkah. Dengan cara ini, mereka dapat menggunakan AI dengan sebaik-baiknya.

Keempat langkah tersebut adalah sebagai berikut: menemukan dan memahami informasi yang dihasilkan oleh AI; memahami cara penggunaan AI, termasuk perintah yang dilakukan.prompt); penerapan yang sesuai dengan konteks; serta kemampuan untuk menganalisis secara kritis terhadap tanggapan AI.

“Jadi, kita tidak boleh langsung menerima apa yang disampaikan oleh AI sebagai kebenaran,” katanya.

Yudhistira juga menekankan betapa pentingnya untuk membandingkan hasil dari satu aplikasi AI dengan aplikasi AI lainnya. Demikian juga, pemanfaatan perintahprompt) aspek-aspek rinci yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar sah.

“Makanya, ada istilahpromptengineering“Jadi, jika kita memakai prompt yang sesuai, setidaknya kita akan mendapatkan hasil yang lebih tepat,” kata Yudhistira.

Sejalan dengan hal tersebut, Ilham Akbar Habibie selaku Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) menegaskan bahwa AI merupakan alat yang bertujuan untuk mempermudah tugas manusia. Masyarakat juga tidak seharusnya hanya terfokus pada teknologi ini.

Ilham menegaskan bahwa penggunaan AI sebenarnya bertujuan untuk mendukung pekerjaan manusia. Teknologi ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan keterampilan individu.

“Seharusnya kita memanfaatkan AI untuk memperkuat, karena ia adalah sebuah alat. Alih-alih mencari posisi strategis kita, sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu apa yang kita inginkan,” kata Ilham Akbar Habibie.

Mulai diajarkan di sekolah

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menambahkan mata pelajaran Pemrograman (Coding) dan Kecerdasan Buatan (artificial intelligence/AI) ke dalam kurikulum untuk tahun ajaran 2025/2026, yang akan dimulai pada bulan Juli ini.

Menurut Nurvelly Rosanti, Tenaga Ahli SKM Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan Artifisial (KA) Kemendikdasmen, Coding dan AI akan menjadi salah satu mata pelajaran pilihan yang tersedia mulai dari kelas V SD.

“Pada tahun ajaran baru ini (2025/2026), kami telah mulai mengimplementasikan pembelajaran Coding dan KA (Kecerdasan Artifisial) dari kelas V SD,” kata Nurvelly Rosanti saat dijumpai servergpsdi di sela-sela acara lokakarya berjudul “Pemanfaatan AI Dalam Dunia Pendidikan” di kampus UMJ, Tangerang Selatan, Banten, pada Kamis (26/6/2025) yang lalu.

Menurut Nurvelly, dalam penggunaan aplikasi AI, anak-anak perlu mendapatkan bimbingan dari guru di sekolah dan orang tua di rumah sejak usia dini. Selain itu, siswa juga harus diajarkan tentang etika dalam pemanfaatan AI.

Ia melanjutkan, dalam pelajaran Coding dan AI, pengajar harus menjelaskan kepada siswa bahwa AI hanyalah sebuah alat.tool). Ini bukanlah substitusi bagi mereka dalam memahami dan menganalisis pengetahuan.

Nurvelly menyatakan bahwa pelajaran coding di tingkat SD hingga SMA lebih difokuskan pada usaha untuk melatih siswa agar dapat berpikir secara komputasi.computational thinking).

“Coding di tempat ini bukan sekadar membuat modul program, melainkan sebuah cara untuk melatih pemikiran komputasional pada anak-anak kita,” ujarnya.

“Jadi, bukan anak-anak yang duduk di kelas V SD yang diminta untuk membuat kode (bahasa) pemrograman, melainkan mereka dilatih untuk berpikir logis, teratur, sistematis, dan kritis agar dapat menyelesaikan masalah,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan